- Nusaresearch Laporan lainnya Berita Terkini Google Garap Kecerdasan Buatan untuk Deteksi Kanker Payudara
Google Garap Kecerdasan Buatan untuk Deteksi Kanker Payudara
- Nusaresearch
- 05-02-2020
- 1575
-
- Nilai: 0
Ada dua jenis kanker yang paling banyak diidap perempuan Indonesia, yakni kanker payudara dan kanker leher rahim (serviks). Merujuk data Kementerian Kesehatan Indonesia per 31 Januari 2019, angka prevalensi perempuan penderita kanker payudara menjadi yang tertinggi dibanding kanker jenis lain, yaitu 42,1 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 17 per 100.000 penduduk.
Kanker payudara memang menjadi jenis kanker yang paling umum menyerang kaum wanita di seluruh dunia. Selama 2012 saja, ada sekitar 1,7 juta wanita didiagnosis menderita kanker payudara. Tak pelak, tindakan pencegahan dan pengobatan menjadi fokus para ilmuwan dan praktisi medis. Termasuk dalam mendeteksi kanker payudara yang hingga kini masih menemukan sejumlah tantangan, semisal untuk mencapai hasil akurat.
Metode pendeteksian paling umum yakni mamografi digital, misalnya, terkadang memunculkan hasil yang tidak akurat. Mamografi dilakukan dengan pencitraan sinar-X pada payudara dan kekeliruan kerap terjadi saat dokter membaca hasil pemindaian. Celah ini berusaha diisi oleh Google lewat divisi kesehatannya, Google Health, dengan mengembangkan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) untuk mendeteksi kanker payudara.
“Masih banyak hasil pemindaian yang disebut positif palsu dan negatif palsu. Positif palsu adalah ketika seorang ahli atau spesialis menemukan tanda kanker pada gambar, padahal sebenarnya bukan kanker. Hal itu dapat berujung pada banyaknya pemeriksaan dan prosedur yang tidak perlu,” ujar Daniel Tse, Product Manager Google Health, dalam sesi Roundtable Virtual dengan awak media di kantor Google Indonesia, Jakarta, Selasa (4/2).
Daniel menambahkan, masalah berikutnya adalah ketika mamografi memberikan hasil negatif palsu. Dalam artian, ahli radiologi gagal membaca tanda kanker dalam hasil pemindaian, sehingga memvonis hasil pemeriksaan negatif. Kekeliruan semacam itu bisa berakibat tak dilakukannya pengobatan yang diperlukan pasien, atau penderita baru mengetahui penyakitnya ketika kanker sudah mencapai stadium lanjut.
Deteksi yang lebih akurat
Bagaimanapun, perlu dicatat bahwa membaca hasil mamografi sangatlah sulit, meski dilakukan oleh para ahli sekalipun. Membaca tantangan tersebut, Daniel dan rekannya, Shravya Shetty, bermitra dengan DeepMind, Cancer Research UK Imperial Centre, Northwestern University, serta Royal Surrey County Hospital, dalam mengembangkan model AI untuk mendeteksi kanker payudara dengan lebih akurat.

Laporan lainnya
-
e-KTP Bakal Digabung Kartu Vaksin-NPWP, Jadi Aplikasi di HP
Nusaresearch
07-01-2022
-
Cara Memburamkan Rumah di Google Street View Demi Privasi
Nusaresearch
31-12-2021
-
Hati-hati, Konsumsi Makanan Ini Bisa Bikin Kamu Emosi!
Nusaresearch
24-12-2021
-
Bunga Pinjol vs Kartu Kredit, Siapa yang Lebih Mencekik?
Nusaresearch
17-12-2021
Related Report
-
e-KTP Bakal Digabung Kartu Vaksin-NPWP, Jadi Aplikasi di HP
Nusaresearch
07-01-2022
-
Cara Memburamkan Rumah di Google Street View Demi Privasi
Nusaresearch
31-12-2021
-
Hati-hati, Konsumsi Makanan Ini Bisa Bikin Kamu Emosi!
Nusaresearch
24-12-2021
-
Bunga Pinjol vs Kartu Kredit, Siapa yang Lebih Mencekik?
Nusaresearch
17-12-2021
Permitaaan laporan untuk kita
If you feel interesting, Please share it