isFact: 6 Fakta Perjodohan Online

  • Nusaresearch
  • 20-02-2013
  • 2477
  • Nilai: 0
 Jeremy Dean, psikolog University College London, menghimpun beberapa fakta mengenai perjodohan online berdasarkan hasil penelitian di Inggris dan AS.
  1. Pencari jodoh di internet bukanlah para pengecut atau pecundang. 
    Selama ini ada pandangan miring bahwa pencari jodoh di internet biasanya orang yang "tidak laku" di dunia nyata. Faktanya tidak demikian. Mencari jodoh di internet semata-mata masalah pilihan metode di dunia modern yang serbadigital. Dunia sekarang berbeda dari dunia sepuluh tahun lalu.
  2. Para pencari jodoh di internet menggunakan foto terbaik yang "lebih indah dari aslinya". 
    Ini mudah sekali dipahami. Dengan pencahayaan, sudut dan teknik pemotretan yang baik, hasil jepretan memang bisa tampak lebih cantik atau lebih tampan dari aslinya. Belum lagi rekayasa gambar dengan program semacam Photoshop. Yang berjerawat bisa kelihatan mulus, yang berwajah gelap bisa tampak kinclong, yang centil bisa kelihatan anggun sehingga meningkatkan kemungkinan jatuh cinta di klik pertama. Tapi sisi buruknya, kadang setelah kedua pihak bertemu, masing-masing merasa kecewa karena kenalannya tidak sesuai dengan yang dibayangkan sebelumnya.
  3. Para pencari jodoh di internet pernah berbohong. 
    Kebohongan memang tidak selalu berupa kebohongan tingkat berat. Paling sering berupa kebohongan menengah, misalnya menampilkan data profil yang kelihatan lebih bagus dari aslinya. Internet, dengan sifatnya yang begitu gampang diisi dan diedit, memang memberi kemudahan penggunanya untuk memalsukan data. Internet bisa membuat orang lupa bahwa dia sedang jatuh cinta kepada foto atau tulisan, bukan kepada seseorang secara utuh. "Saat kami bertemu, dia memang secantik fotonya. Tapi setelah menikah, saya baru tahu ternyata dia waria," ini cerita lucu Wolfgang Zober, laki-laki Jerman yang tertipu kenalannya di Facebook, seperti dikutip situswww.ananova.com. "Ia jujur mengaku sudah memiliki dua anak. Tapi ternyata ia sebagai bapak, bukan ibu," katanya.
  4. Sebagian besar orang memilih calon pasangan berdasarkan unsur kesamaan, misalnya hobi, pendidikan, atau minat. 
    Ini merupakan kecenderungan perjodohan dunia nyata yang tidak banyak berubah di dunia maya. Ibarat pepatah, enggang sama enggang, pipit sama pipit. Hanya sebagian kecil yang memilih pasangan berdasarkan unsur perbedaan karena dilandasi tujuan ingin saling melengkapi.
  5. Dibandingkan perjodohan dunia nyata, perjodohan online memperbesar perbedaan usia dan tempat tinggal antarcalon pasangan. 
    Sekalipun sebagian orang berpikir mencari pasangan satu daerah, perjodohan online secara umum tetap memperbesar peluang perbedaan. Ini mudah dipahami karena internet terbebas dari batas geografis. Orang dari belahan Bumi timur bisa bertemu dengan orang dari belahan Bumi barat. Pasangan beda kota, bahkan beda negara makin lazim terjadi.
  6. Saat penapisan memilih calon pasangan, pencari jodoh di internet punya kecenderungan "relationshopping", bersikap seperti pembeli barang. 
    Seolah-olah mereka sedang melihat katalog produk. Mereka memeriksa sangat banyak profil hanya untuk memilih sedikit untuk dijajaki, seperti memilih sebungkus cokelat di etalase toko swalayan. Millsom Henry-Waring, sojodohjsiolog University of Melbourne, menyebut fenomena dunia materialisme ini sebagai kecenderungan orang menganggap calon pasangan sebagai "komoditas" yang nilainya cukup ditaksir lewat satu-dua klik.
SUMBER: intisari-online.com

If you feel interesting, Please share it

  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Google+

Permitaaan laporan untuk kita