Sembuh dengan Terapi Pasrah Diri

  • Nusaresearch
  • 22-10-2014
  • 1532
  • Nilai: 0
 
Setiap pagi dan petang, Syahrul Akhyar melatih nafas berseling zikir. Selama lima belas menit, pria 53 tahun ini mengatur tarikan udara ke paru-parunya dengan berpola. Lima detik menghirup, lima detik menahan dalam perut, kemudian lima detik lagi pelepasan. Selama pernafasan tersebut, lafal Allah berulang kali meluncur dari mulutnya dan terucap di hatinya. "Metodenya sederhana," kata Penasihat Direktur Yayasan Kesehatan Telkom ini Senin lalu.

Yang dilakukan Syahrul adalah bagian Terapi Pasrah Diri yang digagas Ahmad Husain Asdie. Terapi itu memanfaatkan teori kuantum. "Di kuantum, segala sesuatu dianggap seperti gelombang," kata Syahrul. Gelombang pada manusia, ia menjelaskan, terwujud dalam bentuk kehendak. Karena kehendak itu tidak sama, efek terhadap manusia juga berbeda. Analogi itu pula yang terjadi pada manusia sakit.

Asdie yang menemukan teknik ini, sepakat dengan teori tersebut. Kehidupan semesta merupakan kesatuan materi yang saling berinteraksi. Tiap materi, menurut Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada ini, merupakan bentuk dari gelombang elektromagnetik yang bergerak dengan dimensi berbeda serta saling mempengaruhi. "Penyakit muncul ketika gelombang elektromagnetik negatif mendominasi. Solusinya harus dengan memunculkan gelombang positif," kata dia yang ditemui di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sardjito Yogyakarta pada awal Oktober lalu.

Asdie mengatakan, gelombang positif keluar jika frekuensi gelombang otak diturunkan pada frekuensi beta (13-30 hertz) menjadi alfa (8-13 hertz). Dari yang waspada dan terjaga menuju ke relaksasi. Pengubahan tegangan itu caranya dengan pengaturan nafas lima detikan, tarik-tahan-keluar. Kurang lebih dua hingga tiga kali atau satu sampai dua menit. Setelah pikiran tenang, baru mulai diisi zikir hingga lima belas menit. Tahapan ini harus dilakoni selama 21 hari supaya tubuh menjadi terbiasa.

Biasanya, setelah tiga pekan, penyakit-penyakit yang dikeluhkan perlahan musnah. Tapi, Asdie mengingatkan, itu tergantung keyakinan pasien. Kalau memang dia percaya, maka kesembuhan bisa cepat. Jika tak yakin, bisa sembuh juga, tapi lama. Dilihat dari sisi medis, penyembuhan yang dipilihnya masuk kategori pengobatan psikosomatis. Psikosomatik adalah salah satu cabang ilmu penyakit dalam. Secara terminologi adalah keterkaitan antara psiko (jiwa) dan soma (badan).

Sampai sekarang, terapi pasrah diri sudah menjadi obyek riset 30 penelitian. Salah satu yang menelitinya adalah dokter spesialis penyakit dalam Noor Asyiqah Sofia. Ia memimpin tim program riset untuk mengukur efektivitas latihan pasrah diri terhadap pasien diabetes. Dari pasien yang diminta menjalankan latihan pasrah diri selama 21 hari, hasilnya menunjukkan gula darah menurun. "Kualitas hidupnya membaik karena mayoritas lebih mudah tidur, tenang serta tidak depresi," kata dia.

Latihan Pasrah Diri paling efektif bagi pasien dengan gangguan psikosomatik yang berusia dewasa tapi belum terlalu sepuh. Efektifitasnya juga makin moncer bagi pasien yang kooperatif dan bersedia menjalankan latihan secara rutin. Terapi ini bisa dilakoni baik yang muslim maupun nonmuslim. "Intinya harus ikhlas saja, semua masalah diterima dan tidak usah jadi beban pikiran," kata dia.
 
Sumber: tempo.co

If you feel interesting, Please share it

  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Google+

Permitaaan laporan untuk kita