Raja Siam dan sejarah Museum Gajah

  • Nusaresearch
  • 13-09-2013
  • 2317
  • Nilai: 0

Kemarin ada peristiwa pencurian emas di Museum Nasional Indonesia atau lebih keren disebut dengan nama Museum Gajah di Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta. Sebanyak 4 lempeng emas era Mataram kuno dicuri orang tak dikenal dengan cara membobol pintu penyimpanan koleksi benda berharga itu. Polisi hingga kini masih menyelidiki kasus itu.

Bicara Museum Gajah, ada baiknya kita mengenal asal usul museum terbesar di Indonesia dengan total koleksi benda-benda bersejarah sebanyak 240.000 items itu. Sebagian dari anda mungkin sudah tahu bagaimana awal berdirinya museum ini. Museum ini awalnya hanya sebuah tempat perkumpulan bernama Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (BG), didirikan oleh Pemerintah Belanda pada 24 April 1778. Perkumpulan itu didirikan untuk menjawab gerakan revolusi intelektual (the Age of Enlightenment) di Eropa. Waktu itu, orang-orang Eropa mulai mengembangkan pemikiran-pemikiran ilmiah dan ilmu pengetahuan. Pada 1752 di Harlem, Belanda berdiri De Hollandsche Maatschappij der Wetenschappen (perkumpulan ilmiah Belanda). Hal ini mendorong orang-orang Belanda di Batavia (Indonesia) untuk mendirikan organisasi sejenis. Singkat cerita, salah seorang pendiri BG, JCM Radermacher, menyumbangkan sebuah rumah miliknya di Jalan Kalibesar, suatu kawasan perdagangan di Jakarta-Kota. Dia juga menyumbangkan sejumlah koleksi benda budaya dan buku. Sumbangan Radermacher inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya museum dan perpustakaan. Selama masa pemerintahan Inggris di Jawa (1811-1816), Letnan Gubernur Sir Thomas Stamford Raffles menjadi Direktur perkumpulan ini. Karena rumah di Kalibesar sudah penuh dengan koleksi, Raffles memerintahkan pembangunan gedung baru sebagai museum dan ruang pertemuan untuk Literary Society, sebelumnya disebut "Societeit de Harmonie" di Jalan Majapahit nomor 3. 

Pada 1862, pemerintah Hindia-Belanda memutuskan membangun gedung museum baru di lokasi yang sekarang, Jalan Medan Merdeka Barat Nomor 12, dulu disebut Koningsplein West. Waktu itu BG digelontor dana besar untuk ekspedisi dan melakukan penelitian di Hindia. Upaya paling terkenal adalah penggalian situs candi Borobudur dan Prambanan di Jawa Tengah.  Museum ini juga dikenal sebagai Museum Gajah oleh masyarakat Jakarta. Sebab di halaman depan museum terdapat sebuah patung gajah perunggu hadiah dari Raja Chulalongkorn (Rama V) dari Siam atau Thailand yang pernah berkunjung ke museum pada 9 Maret sampai 15 April 1871. Kunjungan tersebut dikisahkan dalam buku berjudul: Journeys to Java by a Siamese King, karangan Imtip Pattajoti Suharto. Imtip mengkompilasi tiga catatan perjalanan Raja Rama V ke Pulau Jawa pada 1871, 1896, dan 1901. Dua dari tiga kunjungannya itu, dia mampir ke Batavia. Karena terkesan oleh sambutan dan kebaikan orang Belanda di Batavia, Chulalongkorn mengirimkan sebuah patung gajah perunggu itu. Pada 17 September 1962 Lembaga Kebudayaan Indonesia menyerahkan pengelolaan museum kepada pemerintah Indonesia, yang kemudian menjadi Museum Pusat. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, No.092/ 0/1979 tertanggal 28 Mei 1979, Museum Pusat ditingkatkan statusnya menjadi Museum Nasional.

Museum ini menjadi yang terbesar di Indonesia karena jumlah koleksi benda mencapai ribuan. Museum Gajah juga menjadi ikon nasional. Maka publik wajar kaget bila Kemarin tempat bersejarah itu sampai kemalingan.

Sumber: Merdeka.com

If you feel interesting, Please share it

  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Google+

Permitaaan laporan untuk kita