Fokker 28 Disulap Jadi Kapal Wisata

  • Nusaresearch
  • 01-07-2013
  • 1660
  • Nilai: 0

 

Surabaya - Pesawat jenis Fokker 28 akan diubah peruntukannya menjadi kapal wisata. Ide ini dirancang oleh PT Pelindo Marine Service, anak usaha PT Pelindo III (Persero). Manajer Teknik PT Pelindo Marine Service, Heri Purwanto, telah membidik beberapa unit bangkai bodi pesawat milik PT Merpati Nusantara Airlines di hanggar Merpati Juanda.

 

Menurut Heri, langkah ini adalah inovasi terbaru di dunia maritim sekaligus memanfaatkan barang bekas agar lebih bermanfaat. "Kami harap secepatnya mendapat bodi pesawat untuk segera dikonversi," ucap Heri kepada Tempo, Jumat 28 Juni 2013. Rencananya, bangkai bodi pesawat dipotong menjadi beberapa bagian. Cara ini agar mempermudah proses pengangkutan dari Juanda ke Tanjung Perak. Potongan bodi digarap di galangan kapal milik PT PMS di Tanjung Perak untuk proses desain ulang. Heri menuturkan, perubahan desain tetap mempertahankan struktur bodi pesawat. Dia hanya memotong bagian sayap dan menyisakan ekor pesawat di bagian buritan kapal. Proses rekayasan konstruksi juga menyentuh bagian interior bodi pesawat, kecuali ruang cockpit. Ruang cockpit dipertahankan supaya ornamen khas pesawat tidak hilang. Susunan kursi penumpang dirombak sedikit untuk memberikan keleluasaan ruang meeting dan lounge room. Ia juga memodifikasi ulang bagian bawah bodi pesawat sehingga bisa mengambang.

 

Sebelum kapal berbodi pesawat ini dikomersialkan, wajib mendapat sertifikasi surat kapal dari Syahbandar, Kementerian Perhubungan. Sayangnya, kapal bodi pesawat ini tidak bisa melawan gelombang laut di atas 1 meter. "Bagian mesin pesawat diganti dengan mesin kapal," ujarnya. Direktur Utama PT PMS, Chairoel Anwar, masih melakukan penjajakan ke Merpati terkait usulan ini. Ia berharap, Merpati mengibahkan bangkai Fokker 28 yang teronggok di hanggarnya. Ketimbang tak terpakai, kata ia, lebih baik didesain ulang untuk mendapat nilai tambah. Ia masih menunggu persetujuan Kementerian BUMN, karena melibatkan dua lembaga di bawah BUMN. "Kalau hibah paling bayar Rp 100 juta, enggak masalah. Daripada beli pesawat baru dan diubah, lebih mahal."

 

Chairoel ingin, kapal pesawat ini bisa melayani wilayah perairan disekitar Tanjung Perak hingga Pulau Karang Jamuang. Karena memakai bodi pesawat, kapal tidak bisa beroperasi di perairan lepas. Jika dihantam gelombang tinggi, kapal rawan tenggelam. Bila memungkinkan, kapal pesawat juga melintasi alur-alur sungai Kota Surabaya. Dia juga menggandeng ITS Surabaya terkait proyek re-desain pesawat menjadi kapal ini.


Sumber : TEMPO.CO

If you feel interesting, Please share it

  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Google+

Permitaaan laporan untuk kita