Ini Permainan Harga Beras di Pasar Cipinang

  • Nusaresearch
  • 23-02-2015
  • 1818
  • Nilai: 0
 
 
Jakarta -Pusat perdagangan beras Jakarta di Pasar Induk Cipinang Jakarta Timur, dianggap menjadi tempat permainan harga beras oleh oknum pedagang.

Permainan ini diduga menjadi salah satu penyebab harga beras di Jakarta melonjak, selain faktor suplai beras yang berkurang dari sentra produksi. Suplai yang berkurang menjadi ajang spekulasi oleh para pedagang beras.

Seorang pedagang beras di Pasar Cipinang yang merahasiakan namanya mengungkapkan harga beras di Cipinang melonjak sejak awal Februari setelah kebijakan dihapusnya Operasi Pasar (OP) beras Perum Bulog. Sebelumnya, para pedagang mendapat pasokan beras OP dari Bulog sehingga kebutuhan beras harian di Cipinang sebanyak 3.000 ton terpenuhi.

Namun pemerintah dan Bulog menghentikan OP beras di Pasar Cipinang, karena dianggap tak efektif karena harga tetap tinggi dan ditambah lagi ada kasus pengoplosan beras dari OP Bulog, yang dikemas dengan merek lain, dijual dengan harga yang lebih mahal dari beras OP.

Pedagang tersebut mengungkapkan sebelumnya harga beras OP milik Bulog terhadap para pedagang di Cipinang dijual Rp 6.800/kg. Harapannya, harga tebus di tingkat konsumen maksimal di angka Rp 7.400/kg. Kenyataannya, keberadaan beras Bulog di pasar-pasar justru menghilang karena dioplos dan harga beras tetap tinggi.

Menurutnya, masih tingginya harga beras meski sudah ada OP beras oleh Bulog, terjadi karena panjangnya rantai distribusi dari Bulog ke pedagang. Padahal OP seharusnya untuk memangkas rantai distribusi, yang terjadi justru sebaliknya.
Dengan harga beras dari Bulog Rp 6.800/kg, para pedagang ada kesempatan mendapat keuntungan Rp 600/kg, karena harga tebus hanya Rp 7.400/kg. Namun distribusi yang masih berantai, masing-masing pihak mencari margin sehingga harga di atas dari harga tebus di level konsumen

"Harga tebus dari Bulog Rp 6.800/kg ke Food Station lalu ke Perpadi, padagang membeli Rp 7.000/kg, seharusnya disalurkan Rp 7.400/kg kenyataannya tak demikian," katanya.

Penyaluran beras OP oleh Bulog, tak hanya dilakukan terhadap para pedagang, namun OP di Pasar Cipinang juga dilakukan melalu satuan tugas (satgas) dari Bulog di pasar Cipinang. Celakanya, ada oknum satgas tak melaksanakan ketentuan OP beras, karena menjual beras di atas harga tebus di tingkat pedagang.

"Satgas menjual ikut-ikutan sampai Rp 8.000 karena ada yang mau menampung Rp 8.000, kalau dijual Rp 8.000, dia (satgas) punya untung," katanya.

Menurutnya saat ini ada tren para pedagang rela membeli berapa pun harga beras yang ditawarkan dari sentra produksi maupun dari OP. Hal ini karena di Pasar Cipinang sudah berkurang pasokannya signifikan dari 3.000 ton per hari, hanya menjadi 1.000-1.500 ton per hari.

"Dari pedagang Karawang, sekarang mendengar di Demak sudah panen, orang langsung borong, harganya Rp 9.300/kg, langsung dibeli. Karena kekurangan suplai, kalau suplai kurang orang berapa pun dibeli," katanya.

Semenjak awal Februari, harga beras di Cipinang sudah naik 30% untuk jenis medium dan premium. Kenaikan rata-rata sudah mencapai 26-30% untuk berbagai kualitas beras.
sumber: detik.com

If you feel interesting, Please share it

  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Google+

Permitaaan laporan untuk kita